Menjadi ayah yang dirindukan, mengapa tidak?

Di tempat kerja, engkau mungkin adalah seorang direktur utama, seorang kepala bagian, atau seorang manajer. Pangkat dan jabatan tinggi yang kau miliki di lingkungan kerjamu, bukanlah jabatan yang bisa kau bawa pulang. Di rumah mu, engkau adalah seorang ayah bagi anak-anakmu. Engkau adalah seorang suami bagi istrimu.
Menjadi ayah yang dirindukan bukanlah ayah yang selalu memberikan hadiah material pada anak-anaknya. Karena anak membutuhkan kasih sayang yang tulus juga dari seorang ayah. Tidak selalu hal yang berkaitan dengan kasih sayang adalah hanya tugas ibu. Keseimbangan tetap diperlukan dalam mengasuh anak-anak. Keseimbangan antara peran ayah dan ibu
Seorang ibu tidak akan bisa menjalankan perannya dengan optimal, tanpa dukungan dari suaminya. Begitu pula sebaliknya. Anak-anak, mungkin belum saatnya mereka mengerti betapa sibuknya ayahnya bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terlebih balita. Mereka cukup bisa mengerti bahwa Sang Ayah bekerja dari pagi hingga sore. Setelah sang Ayah pulang, mereka sangat berharap bisa bercengkerama dengan ayah tercintanya. Seseorang yang sedari pagi tadi ia rindukan.
Anak-anak merespon tanggapan Sang Ayah atas kerinduan yang ia pendam. Barangkali ketika dia ingin bercengkrama dan bermain bersama ayahnya, dia merasa ditolak. Sang ayah meminta pengertian anak-anak, bahwa dirinya lelah bekerja seharian. Belum lagi jika ada masalah di tempat kerja. Mungkin juga, sang anak mendapatkan raga ayahnya menemaninya bermain, namun tidak dengan hatinya. Raga ada di dekat anak, tetapi hatinya masih melayang pada pekerjaan yang masih dibahas di layar handphonenya.
Alangkah bahagianya anak-anak yang mendapatkan respon menyenangkan dari sang ayah. Ayah yang dia nantikan sejak seharian, datang dengan mengucap salam padanya, menciumnya, memeluknya sehingga anak pun merasa bahwa ayahnya juga merindukannya. Dekapan hangat sang ayah berlanjut dengan bermain bersama. Kebersamaan ini adalah yang mereka butuhkan.
Tanpa kebersamaan, bukan hal yang tidak mungkin, bahwa ruang-ruang kosong tercipta di hati anak-anak. Kekosongan karena penantian terhadap sang ayah tak terpenuhi haknya. Ruang-ruang kososng ini pasti akan meminta untuk diisi. Jika bukan orangtuanya yang mengisinya dengan kasih sayang dan kebersamaan, lalu siapa lagi yang bisa kita harapkan? Karena orangtualah yang bertanggung jawab atas anak-anaknya.
Jabir bin Abdillah r.a. mengatakan, “Saya masuk ke rumah Ra- sulullah saw. Beliau sedang berjalan dengan dua kaki dan dua tangannya (merangkak), sedangkan di punggungnya ada Hasan dan Husein. Beliau mengatakan,  ‘Sebaik-baik unta adalah unta kalian dan sebaik-baik orang yang adil adalah kalian.’”
Umar bin Kattab r.a. mengatakan, “Sebaiknya seorang bapak menjadi seperti anak kecil dalam keluarganya dalam hal keakraban, pergaulan, fleksibilitas, dan bercanda dengan anak-anak.”
Rasulullah saw. dan para sahabatnya memperhatikan momen bercengkerama bersama anak-anak. Karena melalui kedekatan ini, orangtua dapat mempengaruhi jiwa dan akal anak-anaknya, memudahkan orangtua dalam menanamkan akhlak yang baik, dan membangun kedekatan lahir dan batin dalam keluarga.
Demikian artikel tentang jadilah seorang ayah yang dirindukan, semoga bermanfaat dan dapat menjadi bahan evaluasi serta motivasi bagi seorang ayah yang dirindukan.
Oleh:
Lestari Ummu Al Fatih
17 Desember 2018

Referensi:
  • 25 Kiat Memengaruhi Jiwa dan Akan Anak (Dimas, M.R. 2008)
  • Muhammad Teladanku
Menjadi ayah yang dirindukan, mengapa tidak? Menjadi ayah yang dirindukan, mengapa tidak? Reviewed by Catur Budi W. on 1/21/2019 08:32:00 AM Rating: 5

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.